Rabu, 16 Desember 2009

pendidikan

Setelah 3 tahun baru 18.000 dari 300.000 sekolah sambung ke Jardiknas. Muapun target utama "daerah-daerah terpencil...masih banyak yang belum tersedia". Tahun berapa Jardiknas akan siap menjadi salah satu strategi pendidikan nasional? Biayanya sampai sekarang berapa?
  • Hasil penelitian yang membuktikan bahwa Jardiknas dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah di mana? Mutu dan Jumlah bahannya bagaimana?

  • Dari 18.000 sekolah itu, berapa sekolah mempunyai rasio lebih dari 1 komputer untuk 20 siswa? Soalnya rasio 1:20 (sekarang 1:2000) adalah target Depdiknas untuk tahun 2015 dan ini hanya cukup untuk mengajar Mata Pelajaran TIK (paling 2 sampai 4 jam seminggu, kan?). Berarti sekolah-sekolah akan perlu jauh lebih banyak komputer dari 1:20 kalau ingin menggunakan komputer untuk mata pelajaran yang lain, kan?

  • Siapa yang bertangungjawab untuk pemiliharaan komputer-komputer sebanyak ini, Depdiknas? Banyak sekolah di "daerah-daerah terpencil" sedang kurang anggaran untuk memperbaiki papan tulis atau dindingnya, kan?

Apakah Rencana Jardiknas Masuk Akal?

Padahal
, Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta - Di Jakarta Saja, 179 Sekolah Tidak Layak Pakai! - Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak, dll.

"Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008)." (ICW) - Kelihatannya makin lama makin banyak yang rusak!


Kapan kita akan menghadapi isu-isu yang terbukti meningkatkan mutu pendidikan? Pendidikan Yang Terbaik Masih Adalah: Pendidikan Berbasis-Guru yang Mampu dan Sejahtera, di Sekolah yang Bermutu, dengan Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan Siswa-Siswi dan "Well Balanced" (seimbang, dengan banyak macam keterampilan termasuk teknologi), yang Diimplementasikan secara PAKEM (Pembelajaran Kontekstual). ("Mampu" termasuk Kreatif)

"Ujian Nasional Tetap akan Diberlakukan"
(Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh)

"Ia juga mengatakan bahwa program 100 hari dirinya sebagai Mendiknas akan lebih fokus pada perampungan program sambungan internet untuk 17.500 sekolah di Indonesia. Program itu akan menjangkau semua tingkatan sekolah mulai sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA)"

Di mana buktinya bahwa Internet akan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah?
Sebetulnya ada banyak isu dengan anak sekolah mengakses Internet, kan?
Prioritas siapa ini? Paling menguntungkan siapa?

Padahal.... Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta - Di Jakarta Saja, 179 Sekolah Tidak Layak Pakai! - Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak, dll, dan Korupsi Terjadi di Semua Level Penyelenggara Pendidikan, dan UN Tidak Ciptakan Proses Belajar Kreatif, dan kita perlu Setop Kurikulum Merugikan Siswa, juga 70% Lulusan SMA Tanpa Keterampilan Cari Kerja, dan Kemampuan Guru Harus Ditingkatkan (Secara Efektif), dan Ribuan Anak Cacat Usia Sekolah Belum Terlayani, dan Pendidikan Berkualitas Hanya untuk Orang Berduit, dan .........


PASTI KORUPSI DI BIDANG PENDIDIKAN HARUS MENJADI PRIORITAS UTAMA KAN? "Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya. ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan (2004-2009)
Bagaimana program meningkatkan mutu pendidikan yang mana saja dapat berhasil selama korupsi di bidang pendidikan tetap begini?

"DBE3 Telah Memenuhi Permintaan Presiden!"
(Inovasi Pendidikan DBE/USAID)

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada saat membuka Temu Nasional 2009 di Jakarta, 29 Oktober 2009, menyatakan, “Saya minta Menteri Pendidikan Nasional untuk mengubah metodologi belajar-mengajar yang ada selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangan hanya gurunya yang aktif , tetapi harus mampu membuat siswanya juga aktif.” (Kompas, 30 Oktober 2009)

Sejak tahun 2005 hingga sekarang, DBE3 menyelenggarakan pelatihan bagi guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SMP/MTs di enam provinsi yang berfokus pada pengembangan pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif dalam proses belajar. Apa yang dilakukan oleh DBE3 sejalan dengan pernyataan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lengkap....

Dengan Program DBE3 Bersama Teknologi Tepat Guna (Appropriate Technology)
Kita Dapat Membuat Pendidikan Standar Dunia

(Phillip Rekdale - Pendidikan Network)

"KPAI: Pemerintah Harus Patuhi Putusan MA"
(Juru bicara Mahkamah Agung, Hatta Ali)

"Dengan itu, MA menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada 6 Desember 2007, yang menyatakan bahwa pemerintah telah lalai memberikan pemenuhan hak asasi manusia, khususnya hak pendidikan dan hak anak yang menjadi korban UN. Pemerintah juga dinilai lalai meningkatkan kualitas guru, sarana dan prasarana, sekaligus akses informasi yang lengkap di daerah sebelum pelaksanaan UN."

"Komisi Perlindungan Anak Indonesia, melalui siaran pers yang ditandatangani Ketua Hadi Supeno, Jumat, meminta pemerintah mematuhi putusan MA dengan tak lagi menyelenggarakan UN tahun ajaran 2010 dan tahun-tahun berikutnya sampai pemerintah bisa memenuhi kewajibannya menyediakan standar pendidikan lain secara memadai."

Yang jelas, kami di Pendidikan Network sangat setuju bahwa "pemerintah juga dinilai lalai" kalau melihat dari isu-isu seperti:

  • "Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008)." (ICW) - Kelihatannya makin lama makin banyak yang rusak!

  • "JAKARTA - Indonesia Corrup­tion Watch (ICW) menilai, program sertifikasi guru tidak dapat meningkatkan profesionalisme guru. Alasannya, program itu amat ber­kaitan dengan pemberian tunjangan profesi. Bukan dengan peningkat­an kompetensi mengajar mereka".

  • Maupun memalukan: "Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya. Hal ini dapat dipahami mengingat adanya desentralisasi pendidikan yang disertai rendahnya kontrol atas dinas pendidikan dan jajarannya." ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan (2004-2009)

Informasi Isu-Isu Pendidikan Yang Lebih Lengkap

Mengapa Depdiknas sibuk dengan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), padahal kebanyakan sekolah belum Sekolah Bertaraf Nasional (SBN) saja? Bagaimana kita dapat menilaikan hasilnya siswa-siswi secara nasional oleh sekolah-sekolah yang belum SBN, apa lagi puluhan ribu sekolah adalah rusak atau ambruk?

Apa lagi, Depdiknas kelihatannya masih ingin membagi uang untuk teknologi seperti e-Learning dan Internet yang tidak begitu bermanfaat di tingkat sekolah di negara maju yang mempunyai infrastruktur apa lagi di Indonesia di mana ada "Satu Komputer Untuk 2.000 Siswa dan dari jumlah total yang mencapai 200.000 sekolah, sekitar 182.500 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA se-Indonesia belum terakses internet". Kebanyakan sekolah belum mempunyai cukup komputer untuk mengajar Mata Pelajaran TIK (yang penting untuk semua anak), apa lagi menggunakan komputer untuk pembelajaran, kan?

Meratakan Mutu Pendidikan dan Kesempatan Untuk Semua Anak Dulu!

Apakah adil kalau kita menilaikan siswa-siswi secara Ujian Nasional sebelum semua sekolah sudah aman, nyaman, kondusif maupun Bertaraf Nasional untuk semua pelajar?

"Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak"
(Dinas Pendidikan Kabupaten Pesawaran)

Friday, November 13, 2009 10:05:00 -- PESAWARAN--MI: Sekitar 80% gedung sekolah di kabupaten Pesawaran, Lampung itu rusak. Berdasarkan pendataan yang dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Pesawaran, ditemukan hampir 80% gedung sekolah yang tersebar di wilayah Pesawaran rusak dan perlu perbaikan, kata dia Pesawaran, Jumat (13/11).

"Gedung Sekolah Rusak" - Ahhhh... Biasa, Kan?
Pasti Sekolah Rusak & Korupsi Adalah Prioritas Utama Depdiknas Kan?
"Menurut Febri, selama kurun waktu 2004-2009
Kerugian negara mencapai Rp 243,3 miliar."
"Arah Kebijakan Pendidikan Nasional Belum Jelas"
(Anggota Komisi X DPR Dedi S Gumelar)

"Di sisi lain, kata Heri, penyediaan internet secara massal di sekolah juga masih menyisakan masalah. Mendiknas sebelumnya, kata Heri, ternyata masih menunggak utang internet miliaran rupiah. Karena itu kami meminta agar Mendiknas dapat menuntaskannya penyelesaian utang tersebut terlebih dahulu, ujar Heri."

Mengapa Internet Masuk Sekolah DiDukung Oleh Banyak Bisnis?

Apakah Teknologi Adalah Solusi Untuk Pendidikan?

"Peningkatan Kualitas Guru Jadi Target Program 100 Hari Depdiknas"
(Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh)

Pertanyaan Webmaster:

1. Re: "Kami akan melaksanakan pelatihan (upgrading) kepala sekolah selama 2010. Paling tidak ada 30.000 kepala sekolah/pengawas yang harus di-upgrade (ditatar) agar kualitas pendidikan kita juga akan meningkat, kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh."

Kelihatannya strategi ini (pelatihan/upgrading) tidak begitu berhasil sampai sekarang, mengapa? Apa yang akan berbeda dengan pelatihan pada tahun 2010?

Bagaimana Dengan Program Sertifikasi Guru? "ICW Soroti Sertifikasi Depdiknas"
"JAKARTA - Indonesia Corrup­tion Watch (ICW) menilai, program sertifikasi guru tidak dapat meningkatkan profesionalisme guru. Alasannya, program itu amat ber­kaitan dengan pemberian tunjangan profesi. Bukan dengan peningkat­an kompetensi mengajar mereka".

2. Re: "Mendiknas mengatakan hal itu seusai membuka kegiatan finalis Lomba Kreasi dan Inovasi Media Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama Tingkat Nasional yang diikuti para guru dari seluruh Indonesia di Jakarta, Selasa (10/11)."

Dengan rasio: "Satu Komputer Untuk 2.000 Siswa dan dari jumlah total yang mencapai 200.000 sekolah, sekitar 182.500 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA se-Indonesia belum terakses internet". Kebanyakan sekolah belum mempunyai cukup komputer untuk mengajar Mata Pelajaran TIK (yang penting untuk semua anak), apa lagi menggunakan komputer untuk pembelajaran, kan?

Yang jelas, Media Pembelajaran Berbasis-TIK tidak dapat membantu secara nasional, kan? Berarti bukan prioritas untuk DepdikNasional kan?
Apakah Internet adalah isu penting?
Ref: TeknologiPendidikan.Com


Tetapi ada banyak isu lain yang sangat penting dan urgen, misalnya, "Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008)." (ICW)

Pembelajaran di kelas (yang tidak rusak) oleh guru yang mampu dengan Teknologi Tepat Guna (appropriate) yang melaksanakan Pembelajaran Kontekstual (PAKEM) - masih adalah Cara Belajar Yang Terbaik (dan global).


3. Re: "Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, terkait distribusi guru di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal, pemerintah akan mengambil kebijakan khusus. bahkan, sebanyak 12 kepala dinas pendidikan provinsi dan 33 kepala dinas pendidikan kabupaten/kota telah diundang untuk memberikan masukan kebutuhan riil pendidikan di daerah terpencil."

"Dinas pendidikan telah menjadi institusi paling korup dan menjadi isntitusi penyumbang koruptor pendidikan terbesar dibanding dengan institusi lainnya. Hal ini dapat dipahami mengingat adanya desentralisasi pendidikan yang disertai rendahnya kontrol atas dinas pendidikan dan jajarannya."
Ref: ICW: Analisis 5 Tahun Pemberantasan Korupsi Pendidikan (2004-2009)

Bukan Memberantaskan Korupsi Isu Utama untuk Target Program 100 Hari Depdiknas?
PojokAntiKorupsi.Com
"Inilah 8 PR Mendiknas.... "
(Lembaga-Lembaga Swadaya Masyarakat )

Delapan isu utama di bidang pendidikan tersebut harus diprioritaskan oleh Mendiknas Muhammad Nuh dalam rencana strategis pendidikan 2009-2014. Kedelapan isu tersebut adalah komersialisasi pendidikan, pengkajian ulang standarisasi pendidikan, anggaran pendidikan, sekolah gratis, kesejahteraan guru, korupsi pendidikan, reformasi birokrasi, dan kekerasan dan hak anak dalam pendidikan.

"Pelajar Mesti Melawan Globalisasi"
(Bupati Bantul Idham Samawi)

"YOGYAKARTA, KOMPAS.com-Bupati Bantul Idham Samawi menyatakan pelajar mesti mempunyai sikap perlawanan terhadap globalisasi yang hanya menjadikan penduduk bangsa ini berperilaku konsumtif. Pelajar tak perlu terseret dalam bingkai kurang gaul atau kurang modern."

"Lakukan perlawanan jika globalisasi itu hanya membuat kita menjadi konsumen yang digiring untuk terus berbelanja. Caranya sederhana, misalnya tak perlu fanatik datang ke mal dan menghabiskan uang di sana. Biar saya dicap ndeso karena tidak ke mal, ujarnya."

Saya setuju, tetapi bukan "Melawan Globalisasi" isunya, itu 'Marketing Yang Menggunakan Nama Globalisasi' Yang Perlu Diawasi. Isu-isu utama terhadap Globalisasi adalah Manajemen Negara Yang Efektif, SDM Yang Bermutu, Kreativitas Bangsa dan Bahasa Inggris, bukan beli barang atau produk teknologi. Kita bisa menghadapi globalisasi oleh membangunkan pertanian, industri, penelitian, dll. Mengapa teknologi digital disebut terus sebagai isu yang paling penting? Menguntungkan Siapa?

Yang tidak masuk akal adalah bahasa seperti "Hadapi Generasi Digital" yang sebenarnya tidak ada artinya, kami sudah lama "hidup di dunia digital"
.

Saya sudah bekerja di dunia digital di bidang pendidikan sejak tahun 1975 (zaman HP 2100A Mini Computers). Sejak waktu itu mahasiswa/i sudah memakai komputer dan kami juga menggunakan terminologi "Generasi Digital" di luar negeri. Pada akhir tahun 70an saya membantu siswa-siswi merakit komputer dan beberapa sekolah sudah mempunyai lab komputer. Sejak tahun 1984 kita sudah menggunakan komputer dan laboratorium bahasa yang digital untuk mendidik pelajar-pelajar di Indonesia, dan banyak siswa-siswi di SD saja sudah lama dan sudah biasa menggunakan peralatan digital, misalnya jam, hanfon, DVD, maupun warnet di kota besar.

Bagaimana kemajuan anak-anak kita yang tinggal di kota besar dan sudah lama mengakses dan menggunakan Internet, lebih pandai? "Rural students rule Olympiad"

Yang disebutkan terus adalah "akses informasi". Tetapi kebanyakan informasi adalah di dalam bahasa Inggris, berapa persen siswa-siswi kita dapat mengerti informasinya?

Salah satu isu pendidikan sekarang adalah bagaimana kita dapat "Menghadapi Era Informasi Tanpa Batas (Maupun Tanpa Kontrol)"? Misalnya akses ke Internet juga membawa banyak resiko untuk pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar