Selamat Tinggal Gus Dur
Kronologi Kondisi Tubuh Gus Dur Sebelum Wafat
Gus Dur sebenarnya tidak menunjukkan gejala akan tiada saat dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Tapi, tiba-tiba pada Rabu 30 Desember siang, tim dokter mendapat kabar kondisi Gus Dur drop.
Kronologi Kondisi Tubuh Gus Dur Sebelum Wafat
JAKARTA - Mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebenarnya tidak menunjukkan gejala akan tiada saat dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Tapi, tiba-tiba pada Rabu 30 Desember siang, tim dokter mendapat kabar kondisi Gus Dur drop.
"Beliau mengeluhkan ada yang sakit di badannya," kata salah satu tim dokter yang merawat Gus Dur, Akmal Taher saat diwawancarai okezone, Rabu 30 Desember malam.
Lantaran, cemas akan kondisi pasiennya yang tersohor sebagai tokoh kharismatik NU tersebut, kontan tim dokter memutuskan membawa GuS Dur ke ruang Intensive Care Unit (ICU) Gedung Pelayanan Jantung Terpadu (PJT), RSCM sekira pukul 11.30 wib. "Tidak sampai satu jam kok di dalam, lalu kondisinya kembali stabil," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Tim Dokter yang merawat Gus Dur, dr. Yusuf Misbah mengatakan, kondisi tubuh Gus Dur mulai kritis pada pukul 18.15 WIB selepas adzan maghrib. Gus Dur saat itu sudah mulai kesulitan bernapas, tekanan darahnya drop sehingga membuatnya sempat koma.
"Kita sudah berupaya memberikan obat untuk menaikkan tekanan darah dan memperbaiki nafasnya, serta melakukan pertolongan medis terhadap jantung dan paru-parunya, tetapi tidak berhasil," terang Misbach.
Seperti diketahui, sebelum meninggal, Gus Dur sempat mendapat terapi trumbektomi atau dalam ilmu kedokteran (medis) diartikan sebagai upaya pengeluaran darah dari pembuluh darah jantung sampai ke bawah bagian perutnya. Namun, upaya tersebut kandas ditengah jalan, lantaran kondisi Gus Dur tiba-tiba drop (menurun).
"Cairan darah itu tidak sempat dikeluarkan semua, baru kemudian beliau kritis pukul 18.15 wib dan tidak ada kemajuan. Lalu, napas beliau berhenti pada pukul 18.45 wib," pungkas dokter Yusuf.
Gus Dur akan dimakamkan berdampingan dengan kakek buyutnya yang masih memiliki garis keturunan (silsilah) dengan kanjeng Sunan Bonang (Walisongo), yakni Maulana Syech KH. Hasyim Asy'ari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar